MEMBUNGKUKKAN BADAN, KEPADA KETIDAKADILAN

 

MEMBUNGKUKKAN BADAN, KEPADA KETIDAKADILAN


Saya menyaksikan, 4 tahun Silam, tepat pada 10 Mei, orang ini membungkukkan badan, kepada ketidakadilan.

 

Tak pernah lepas di memori kepala saya saat beliau berkata "Percayalah, kalau anda menzalimi saya, yang anda lawan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan satu persatu dipermalukan. Terima kasih." sebagai penutup dari pada rangkaian sidang.

 

Barangkali saat beliau mengucapkan itu, langit bergetar karena ucapan orang yang terzalimi ini. Dan hari ini mereka mereka yang dulu mencoba menjatuhkan cahaya sang fajar telah dipermalukan satu persatu. Organisasi nya di bubarkan (bahkan menjadi ormas terlarang), petingginya banyak yang terjerat kasus hukum, anggota dan simpatisannya banyak yang di tangkap dengan berbagai macam tindakan dan kejahatan (bahkan dengan tuduhan kejahatan luar biasa, terorisme).

 

2017 adalah akar dari permusuhan, polarisasi dan politik agama yang diciptakan secara sengaja oleh beberapa kelompok yang haus akan kekuasaan, dan ini tak menyehatkan bagi demokrasi kita. Sayangnya hal ini turut terbawa dalam pilpres 2019 dan bahkan hingga hari ini.

 

Anies adalah pihak yang paling di untungkan dengan peristiwa ini, karena peristiwa ini jualah Anies bisa memenangkan pilkada 2017 dengan cukup mudah. Tak menutup kemungkinan hal hal serupa akan kembali diulang di tahun 2024 saat kontestasi pilpres. Jika benar, sungguh ini sangat berbahaya bagi bangsa dan negara. Cukuplah pilpres Amerika menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia.

 

Saya menyakini tak ada kebenaran yang mutlak di dunia ini. Kita sudah sering mendengar kisah seorang pelacur yang memberi minum anjing masuk kedalam surga karena kasih sayang Nya. Meskipun BTP bukan saudara kita yang seiman, tapi beliau tetaplah saudara kita sebangsa dan setanah air, lebih jauh dari itu beliau adalah saudara kita sesama manusia yang semuanya diciptakan oleh-Nya.

 

Yang kita perlukan saat ini adalah refleksi dan renungan dari lubuk hati yang paling dalam. Tentang kebenaran, yang dulu pernah dibungkam dengan dalih agama, namun justru melupakan prinsip prinsip kemanusiaan dan keadilan.

 

Tulisan ini ditulis dengan rasa penuh cinta dan kedamaian. Tak pernah ada kebencian yang membabi buta, hanya ada sebuah penyesalan, mengapa hal bodoh semacam itu dahulu pernah terjadi.

 

10 Mei 2017, 4 tahun yang lalu. Indonesia berhutang pelajaran besar, sebagai bangsa yang belum lepas dari kemunafikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIOGRAFI KH. ILHAM HUMAIDI (MAJELIS AS-SHOFA)

MK. Belajar dan Pembelajaran - Program Studi Teknologi Pendidikan FKIP ULM