setelah ini mau kemana?

 


Ada pertanyaan yang menarik perhatian saya ketika dua tahun yang lalu. Setalah lulus dari bangku SMK. Pertanyaan sederhana yang dilontarkan oleh seorang perempuan yang bijaksana, ia bertanya "setelah ini mau kemana?" ucapnya. Sungguh, pertanyaan yang luar biasa, bisa dimaknai untuk kehidupan dunia, pula untuk kehidupan akhirat. Jadi, setelah ini mau kemana?

 

Kita memang tidak tau kemana kita nanti, hanya ada keinginan dan harapan akan tujuan yang ingin dicapai. Semua hanya bisa diusahakan hari ini dengan sebaik mungkin. Toh tugas kita hanya mempersiapkan masa yang akan datang, bukan menentukan hasilnya. Dalam konteks yang sederhana, sebenarnya kami sedang membicarakan ihwal pendidikan. Ya, setalah ini mau kemana, berarti pertanyaan-pertanyaan dasar yang bisa dijawab dengan jawaban semisal, lanjut kuliah, bekerja, menikah, atau memiliki untuk tidak melakukan apa-apa.

 

Saya punya keinginan yang sederhana sebelum nanti mendapatkan gelar S.Pd. Gelar yang mulia, semoga yang menyandang nya diberikan kemampuan oleh yang Kuasa untuk menjaga amanah Nya. Pertama, merealisasikan berdirinya Majelis Teknologi Pendidikan (MTP) yang menjadi wadah bagi seluruh peserta didik, mahasiswa, pendidik dan masyarakat secara luas dapat berkontribusi dalam menyumbangkan atau memanfaatkan media pembelajaran yang telah dihimpun secara sukarela bersama-sama.

 

Diksi "majelis" dipilih karena kedekatan secara empiris dengan masyarakat Banjar yang religius. Selain itu diharapkan aspek kebermanfaatan sesuai dengan namanya, yaitu manfaat yang diberikan oleh jamaah majelis dapat dirasakan pula dampaknya oleh jamaah majelis. Sedangkan kami hanya mengelola dan melayani jamaah yang ingin berkontribusi atau mengambil "berkat" dari Majelis Teknologi Pendidikan ini. Memang masih panjang prosesnya, tapi saya ingin sebelum menyandang gelar S.Pd. nanti hal ini sudah terwujud. Sekaligus melunasi janji (baca:hutang) kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang telah memberikan beasiswa senilai Rp.106.000.000 selama 4 tahun.

 

Kedua, setelah lulus nanti. Ingin langsung cepat-cepat mengupgrade diri menuju M.Pd. Beberapa riset kecil-kecilan tentang biaya UKT S2 sudah dilakukan. Semisal di S2 Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dengan biaya UKT Rp.10.000.000/semester, yang artinya untuk UKT saja perlu biaya Rp.40.000.000, belum lagi biaya hidup dan lainnya yang melekat.

 

Syukurnya, Universitas Lambung Mangkurat berencana membuka S2 Teknologi Pendidikan dalam beberapa tahun kedepan. Isunya sudah kencang beredar, tinggal dieksekusi saja. Mari kira doakan bersama. Perkiraan UKT jika di ULM diasumsikan sekitar Rp.3.000.000 sampai Rp.9.000.000 per semester nya. Meskipun tetap relatif mahal, minimal biaya hidup dan biaya lainnya bisa diminimalisir karena hidup di kampung sendiri.

 

Lalu apa strategi nya? Ingin menghamburkan uang begitu saja atau bergiat diri untuk dapat value lebih. Strategi pertama adalah Beasiswa. Beasiswa Unggulan jadi incaran, karena telah me jadi awardee S1 angkatan 2020 lalu, tentu punya privilese dibandingkan para "anak baru" nantinya. Kuncinya di Majelis Teknologi Pendidikan, karena bicara S2 bukan lagi seputar "akan melakukan" tetapi "sudah dilakukan". Sehingga Majelis Teknologi Pendidikan menjadi portofolio yang mentereng kedepan.

 

Walau sudah punya strategi yang terorganisir dengan baik. Tentu rencana terburuk harus tetap disiapkan. Karena bicara biaya untuk S2 yang tidak sedikit jumlahnya. Strategi kedua yaitu menabung. Menabung adalah hal yang penting namun jarang diajarkan disekolah. Kalau menabung saja kita gagap, bagaimana mau bicara hal yang lebih jauh, pendidikan finansial misalnya. Tabungan Emas jadi solusi yang dirasa cukup aman untuk saat ini. Nilainya cukup terjaga dan tidak terlalu fluktuatif seperti halnya saham. Toh untuk menuju S2 tinggal 5 semester lagi, sehingga menabung emas menjadi solusi investasi jangka menengah yang cukup baik.

 

Menabung emas di Pegadaian sudah dilakukan sejak Mei 2020 silam. Seperti halnya menabung di bank, nasabah hanya perlu menyetorkan uang untuk dikonversi dalam bentuk emas (bilangan gram) dan tercatat dibuku tabungan. Biaya murah, mulai Rp.50.000 pun sudah bisa mulai menabung. Dan yang tak kalah penting, pegadaian sudah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

 

Secara singkat, pertanyaan "Setelah ini mau kemana?" sudah bisa dijawab dengan berbagi rencana. Selebihnya bagaimana nanti hasilnya, biar yang Kuasa mengurusnya. Wallahu a'lam bish-shawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIOGRAFI KH. ILHAM HUMAIDI (MAJELIS AS-SHOFA)

MK. Belajar dan Pembelajaran - Program Studi Teknologi Pendidikan FKIP ULM