Pemanfaatan E-Learning dan Pendidikan di Indonesia

 

Pemanfaatan E-Learning dan Pendidikan di Indonesia

Oleh: M. Rizal

(Mahasiswa S1 Teknologi Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat)


Coronavirus disease atau yang lebih akrab kita kenal dengan covid-19 telah banyak mengubah cara manusia untuk hidup di berbagai sektor kehidupan, salah satunya adalah pendidikan. Sejak ditemukannya kasus covid-19 pertama di Indonesia pada bulan Maret 2020 yang lalu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bergerak cepat merespon situasi ini dengan mengeluarkan kebijakan penutupan sekolah dan menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh. Hal ini tentunya membawa pengaruh yang luar biasa terhadap peserta didik dan guru di Indonesia yang selama ini kebanyakan menggunakan sistem pembelajaran konvensional dengan pendekatan metode ceramah di dalam kelas. Ditambah lagi dengan banyaknya guru yang belum menguasai teknologi untuk pembelajaran daring, hal ini diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengidentifikasi bahwa 60% guru mengalami permasalahan dalam pembelajaran yang melibatkan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK).


Komponen penting yang harus menyesuaikan diri dengan cepat adalah pendidik dan tenaga kependidikan. Mereka dituntut menjadi kreatif merespon permasalahan yang muncul karena pembelajaran jarak jauh yang termasuk hal baru bagi banyak pendidik dan tenaga kependidikan. Jika pada pembelajaran konvensional menggunakan ruangan kelas sebagai ruang pembelajaran dan berbagai aktivitas pendukungnya. Lalu bagaimana pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan ruang digital untuk mendukung proses pembelajaran dan aktivitas pendukung lainnya pada saat penerapan pembelajaran jarak jauh saat ini?



Salah satu instrumen dalam menjalankan pembelajaran jarak jauh adalah dengan memanfaatkan E-learning. Jika kita melihat definisi dari Chandrawati (2010) yaitu E-learning atau online learning adalah suatu proses pembelajaran jarak jauh dengan cara menggabungkan prinsip-prinsip di dalam proses suatu pembelajaran dengan teknologi. Senada dengan hal tersebut, Ardiansyah (2013) juga menjelaskan bahwa E-learning atau online learning adalah suatu sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana dan proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka (luring) secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Secara sederhana, jika kita merujuk pada definisi diatas maka bisa kita simpulkan bahwa E-learning merupakan sebuah sistem pembelajaran yang bisa digunakan tanpa harus bertatap muka dan digunakan dengan bantuan teknologi. Pemanfaatan E-learning untuk pembelajaran ini tentunya menjadi instrumen pembelajaran yang paling tepat guna jika dihubungkan dengan situasi pembelajaran jarak jauh, era digital dan pandemi covid-19 yang saat ini terjadi. Pemanfaatan E-learning untuk pembelajaran juga kemudian diharapkan dapat bermuara pada proses belajar dan pembelajaran yang dapat menunjang dan meningkatkan kualitas, proses, dan hasil dari pembelajaran itu sendiri.


Sebagai mahasiswa program studi teknologi pendidikan, tentunya mengenal E-learning sebagai salah satu instrumen pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang proses belajar dan pembelajaran. Para Bapak/Ibu Guru Abad 21 juga diharapkan mampu mengelola LMS dalam manajemen kelas yang baik dan maksimal. Tentu tak mudah dalam implementasi nyatanya, maka dari itu KOCO Schools hadir dan membantu Bapak/Ibu guru dalam berbagai pengalaman belajar baru menggunakan pemanfaatan LMS yang telah disediakan.



Umumnya jika kita membahas E-learning maka tentu tak asing dengan istilah content management system (CMS) dan learning management system (LMS) sebagai bagian dari variasi E-learning. Meskipun banyak yang mengira bahwa CMS dan LMS adalah sama, namun pada kenyataannya LMS lebih memberikan fasilitas dan keleluasaan kepada peserta didik yang menggunakannya, hal ini berbeda dengan CMS yang kebanyakan digunakan untuk memudahkan pendidik. Dalam hal ini perlu kita perhatikan bahwa pendidikan saat ini lebih berorientasi kepada peserta didik, sehingga faktor kenyamanan, fasilitas dan keleluasaan harus diprioritaskan kepada peserta didik sebagai pengguna E-learning. Selain itu, bahan yang dipelajari peserta didik jika menggunakan variasi learning management system (LMS) juga menjadi lebih beragam dan bervariasi, seperti sajian kata (text), gambar (visual), suara (audio), bahkan media audio visual. Melalui pemanfaatan learning management system (LMS) E-learning yang tersedia tersebut, peserta didik dan pendidik dapat menerapkan metode asynchronous learning yang bisa dilakukan kapan dan dimana saja.


Kebutuhan learning management system (LMS) E-learning sebagai salah satu platform mengajar kemudian menjadi sangat diperlukan dalam pendidikan dewasa ini. Selain itu hal ini juga bisa menjadi momentum dan upaya transformasi pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju, modern dan mengikuti perkembangan era digital. Pendidikan di Indonesia tak bisa hanya berjalan dengan menerapkan paradigma lama yang memberikan banyak batasan kepada peserta didik. Dengan momentum kebijakan pembelajaran jarak jauh yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan inilah kemudian para peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, masyarakat dan pemangku kepentingan harus berani mengambil langkah dan keputusan besar dalam hal modernisasi dan manajemen sistem pendidikan yang lebih baik. 


Memang berbagai persoalan dalam penerapan dan pemanfaatan learning management system (LMS) E-learning ini akan timbul seketika, seperti mahalnya biaya pembuatan learning management system (LMS) yang jika dikutip dari website elearningindonesia.com harganya bervariasi antara Rp.25.000.000 s.d Rp.75.000.000 yang tersedia dalam berbagai pilihan paket. Dengan mahalnya biaya pembuatan yang harus dikeluarkan oleh sekolah, tentunya akan membuat tim manajemen sekolah berpikir dua kali untuk mengeluarkan biaya yang tergolong besar tersebut. Meskipun demikian, nyatanya learning management system (LMS) E-learning merupakan sebuah produk “investasi” dan menjadi daya tarik tersendiri bagi sekolah-sekolah yang memilikinya. Beberapa sekolah di Indonesia sudah mempunyai dan menggunakan E-learning untuk menunjang proses pembelajaran seperti SMAN 1 Mataram, SMAN 1 Bandar Lampung, SMKN 4 Bogor, SMKN Baureno, SMPN 1 Cisolok, SMP Satya Dharma Sudjana, SD Pancasila 45, SDN 2 Gelumbang, dan banyak sekolah lainnya. Bahkan jika kita berkaca pada perguruan tinggi di Indonesia, rasa-rasanya semua perguruan tinggi telah menggunakan learning management system (LMS) E-learning untuk menunjang proses pembelajaran.


Survei tahun 2009 yang dilakukan oleh Heru Suhartanto, menunjukan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari jumlah sekolah di seluruh Indonesia dari jenjang SD, SMP dan SMA/sederajat yang telah mempunyai nomor pokok sekolah nasional (NPSN) adalah sebesar 287.171 sekolah, namun jumlah sekolah yang memiliki situs pembelajaran hanya sekitar 187 sekolah yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia dengan didominasi sekolah-sekolah yang berada di pulau Jawa. Ini artinya sekolah yang memiliki situs pembelajaran atau E-learning saat itu (tahun 2019) bahkan tidak sampai dari 0,1% dari persentase diatas. Kini sudah 12 tahun berlalu, tentunya data sekolah yang sudah memiliki E-learning akan bertambah, namun juga perlu diingat jika setiap tahun jumlah sekolah di Indonesia terus meningkat. Lalu, apakah persentase sekolah yang memiliki E-learning saat ini sudah jauh meningkat? Entahlah, karena data tersebut sangat sulit didapatkan, sehingga kita hanya bisa mengira-ngira bahwa persentase sekolah yang memiliki E-learning di Indonesia terus meningkat karena kemajuan dunia digital dan tuntutan pembelajaran jarak jauh di era pandemi covid-19 saat ini.


Permasalahan selanjutnya yang menjadi hambatan sekolah dalam penerapan dan pemanfaatan learning management system (LMS) E-learning adalah kurang terampilnya peserta didik dan pendidik dalam menggunakan media digital berbasis teknologi, informasi dan komunikasi (TIK). Hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengidentifikasi bahwa 60% guru mengalami permasalahan dalam pembelajaran yang melibatkan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK). Hal ini mungkin bisa kita maklumi, mengingat pendidikan di Indonesia saat ini “dipaksa” bertransformasi dan beradaptasi secara tiba-tiba dan begitu cepat dalam situasi pembelajaran jarak jauh yang dilakukan secara online. Ini tentu bukan hal yang mudah, mengingat tidak semua sekolah siap untuk menggelar pembelajaran online. Dan nyatanya permasalah tersebut menambah daftar panjang problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia. 


Permasalahan mahalnya biaya pembuatan learning management system (LMS) dan faktor kesiapan pendidik dan peserta didik dirasa menjadi dua isu utama mengapa sekolah belum siap dan belum mau dalam memanfaatkan learning management system (LMS) E-learning. Padahal saat ini tersedia berbagai learning management system (LMS) gratis yang bisa dimanfaatkan oleh sekolah dalam memfasilitasi pembelajaran online di situasi pandemi ini. Beberapa learning management system (LMS) yang bisa digunakan tersebut antara lain Google Classroom, Edmodo, Moodle, Schoology, dan SEVIMA Edlink.


Google Classroom mungkin menjadi learning management system (LMS) yang paling populer dan banyak digunakan saat ini. Platform gratis yang berbasis web tersebut memang dibuat untuk memudahkan kegiatan pembelajaran pendidik dan peserta didik. Dengan menggunakan Google Classroom peserta didik dapat menerima dan mengumpulkan tugas yang juga sudah dibuat oleh pendidik sebelumnya, selain itu peserta didik juga memungkinkan untuk dapat melihat nilai dari tugas yang telah dikerjakannya. Para pendidik juga bisa menambahkan materi yang banyak tersedia di Google, YouTube dan media sosial lainnya. Fasilitas premium yang bisa didapatkan secara gratis yaitu para pendidik dapat mengundang orang tua siswa untuk dapat melihat rangkuman hasil belajar peserta didik dan memantau prosesnya. Dengan banyaknya kelebihan tersebut dan kemudahan dalam penggunaanya, maka tidak ada lagi alasan untuk sekolah tidak menggunakan learning management system (LMS) sebagai penunjang proses pendidikan. Sekolah, pendidik, dan peserta didik juga bisa sambil berlatih dalam menggunakan media pembelajaran yang melibatkan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK), sehingga ketika nantinya sekolah membuat dan mengembangkan learning management system (LMS) E-learning semua unsur sudah siap dalam menggunakannya.


Dengan penggunaan dan pemanfaatan learning management system (LMS) E-learning di sekolah sekolah tentunya dapat membuat pembelajaran menjadi lebih termanajemen dengan baik, peserta didik dan pendidik terintegrasi dalam satu sistem yang sama, pengalaman belajar lebih personal dan menyenangkan, pembelajaran lebih praktis dan fleksibel, solusi pembelajaran jarak jauh, menghemat waktu dan uang, dan tentunya ramah terhadap lingkungan karena digunakan secara digital/online. Harapan besarnya kemudian akan membuat gebrakan dan semangat dalam modernisasi dan manajemen pendidikan di Indonesia yang lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIOGRAFI KH. ILHAM HUMAIDI (MAJELIS AS-SHOFA)

MK. Belajar dan Pembelajaran - Program Studi Teknologi Pendidikan FKIP ULM