Keselarasan Komponen Dasar, Komponen Pendukung dan Suprasistem dalam Pendidikan di SMPN 14 Banjarmasin dan SMKN 3 Banjarmasin

Oleh: M. Rizal

(Mahasiswa S1 Teknologi Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat)

 

Pendidikan sebagai suatu sistem merupakan pengertian bahwa pendidikan sendiri terdiri dari elemen- elemen atau unsur- unsur pendidikan yang dalam kegiatannya saling terkait secara fungsional, sehingga terjadinya satu kesatuan yang terpadu, saling berhubungan dan diharapkan dapat mencapai tujuan. Sebagai sebuah sistem, pendidikan juga tak bisa lepas dari tiga komponen yaitu komponen dasar, komponen pendukung dan komponen suprasistem. Dari definisi diatas maka kemudian kita bisa melihat pendidikan menjadi sangat kompleks dan memiliki keterkaitan diantara elemen, unsur, dan komponen di dalamnya secara satu dengan yang lain.

 

Komponen dasar kemudian menjadi salah satu hal yang paling fundamental dalam dunia pendidikan. Tak berlebihan kemudian jika komponen dasar ini kita umpamakan sebagai sebuah ruh dalam diri manusia. Sedangkan komponen pendukung merupakan jasadnya. Tak mungkin kemudian sebuah jasad bisa berbuat sesuatu jika tak ada ruh di dalamnya. Dengan analogi ini kemudian kita bisa melihat keselarasan antar komponen ini dengan cukup sederhana. Lalu bagaimana kemudian dengan komponen suprasistemnya? Jika tadi kita sudah mengumpamakan komponen dasar sebagai ruh, komponen pendukung sebagai sebuah jasad, maka hidup lah sudah seorang manusia. Namun yang perlu kita sadari bersama adalah bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya untuk bisa bertahan hidup, maka kemudian komponen suprasistem inilah yang berperan sebagai manusia lainnya yang turut serta membantu manusia tadi bertahan hidup dan terus menunjukan eksistensinya.

 

Peserta didik, profil lulus yang berkompeten, proses pembelajaran, pengajar (pendidik), kurikulum, dan bahan pembelajaran ialah hal-hal yang berkaitan dengan komponen dasar pendidikan. Saking fundamentalnya, tak mungkin kemudian satuan pendidikan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran jika tak ada komponen dasar ini. Tak ada satuan pendidikan yang tidak memiliki peserta didik, tak ada satuan pendidikan yang tak memiliki target dan profil lulusan yang berkompeten (meskipun pada praktiknya masih bisa kita perdebatkan), tak ada satuan pendidikan yang tak memiliki proses pembelajaran di dalamnya, tak ada satuan pendidikan yang tak memiliki pengajar, pendidik, guru, tenaga kependidikan di dalamnya, tak mungkin satuan pendidikan tak menggunakan suatu kurikulum dalam proses penyelenggaraan pendidikan, dan tak mungkin satuan pendidikan juga tidak memiliki bahan pembelajaran yang akan di transfer kepada para peserta didiknya.

 

Sedangkan jika kita bicara komponen pendukung, maka tentu tak lain dan tak bukan berfungsi sebagai pendukung dari si komponen dasar. Diantaranya yang bisa dikategorikan sebagai komponen pendukung ialah peralatan, perpustakaan, laboratorium, ruang pembelajaran, sarana ibadah, kantin, sarana olahraga, ruang kesehatan, sanggar budaya, ruang kreatif, tenaga kependidikan, pelayanan dan manajemen di satuan pendidikan serta masih banyak yang lainnya. Namun komponen pendukung ini juga memiliki prasyarat yang harus dipenuhi sebelum bisa dikatakan sebagai komponen pendukung yang ideal untuk satuan pendidikan. Contohnya yaitu adanya perpustakaan yang berfungsi dengan lengkap, nyaman, dan ideal untuk digunakan sebagai ruang belajar peserta didik yang juga harus di kelola oleh seorang pustakawan yang handal dan profesional. Jika disatuan pendidikan hanya sekedar memiliki sebuah perpustakaan dalam arti fisik / wujudnya saja tanpa memperhatikan hal lainnya yang mendukung perpustakaan tersebut menjadi ideal, maka kemudian belum bisa kita katakan bahwa komponen pendukung tersebut sudah ideal dan sesuai dengan fungsinya.

 

Komponen ketiga kemudian yang tak kalah penting ialah komponen suprasistem yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan nasional, kebijakan pendidikan di tingkat daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pendidikan lebih lanjut dan dunia kerja. Komponen suprasistem ini memang tak bersinggungan secara langsung dengan satuan pendidikan, namun perubahan dan arah kebijakan yang dikeluarkan berpengaruh cukup signifikan terhadap penyelenggaraan satuan pendidikan. Sebagai contoh kebijakan pencabutan subsidi bahan bakar minyak yang dikeluarkan oleh pemerintah dan masih cukup hangat diperbincangkan memang tak bersinggungan langsung dengan banyak industri, namun perubahan dan arah kebijakan nya dapat dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Gambaran nyatanya adalah sebuah cafe di Banjarmasin yang biasa menjadi tempat kumpul dan mengerjakan tugas mahasiswa yaitu Square juga mengalami sedikit kenaikan harga saat pencabutan subsidi bahan bakar minyak ini dilakukan.

 

Untuk memberikan gambaran yang lebih utuh antara ketiga komponen tersebut, berikut ini adalah contoh keterkaitan dan keselarasan antara tiga komponen yang bisa ditemui di SMPN 14 Banjarmasin dan SMKN 3 Banjarmasin. Contoh ini berdasarkan pengalaman nyata saat penulis bersekolah disana dan saat ini juga mengajar di SMKN 3 Banjarmasin pada program keahlian Produksi dan Siaran Program Televisi dan program keahlian Produksi Film. Dibawah ini akan di tampilkan gambaran keselarasan komponen dasar, komponen pendukung dan komponen suprasistem.

 


Saat bersekolah di SMPN 14 Banjarmasin, ada sebuah praktik baik yang menjadi budaya sekolah. Sebelum memulai pembelajaran, sekitar pukul 07.30 hingga pukul 08.00 rutin diselenggarakan pembacaan asmaul husna, surat pendek juz 30 dan gerakan gemar membaca. Ini kemudian menjadi contoh dalam keselarasan antar komponen yang sudah dijabarkan diatas. Komponen dasar yang berperan dalam kegiatan ini adalah peserta didik dan pendidik yang menjadi hal fundamental dalam kegiatan gerakan gemar membaca. Kemudian harus ada komponen pendukung berupa perpustakaan, lapangan dan sound system.

 

Dalam hal ini perpustakaan menjadi wadah bagi para peserta didik mendapatkan buku yang akan di baca pada gerakan gemar membaca setiap pagi hari, lapangan berperan sebagai tempat yang strategis dalam mengumpulkan para peserta didik dan pengajar dalam satu tempat bersama, sedangkan sound system digunakan untuk dapat membantu jalannya kegiatan ini berupa penyampaian informasi, memandu membaca asmaul husna dan juz 30, serta beberapa peserta didik diminta untuk menceritakan apa yang mereka baca dari buku yang sudah dipinjam sebelumnya di perpustakaan. Tentu kegiatan yang diselenggarakan ini bukan tak berdasar, melainkan ada peraturan dan kebijakan dari kepala sekolah yang juga diperkuat oleh surat edaran bersama yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin bersama Walikota Banjarmasin.

 

Gambaran diatas menjadi contoh nyata keselarasan antara komponen dasar, komponen pendukung dan suprasistem yang saling melengkapi satu sama lain. Tak mungkin kemudian jika kegiatan gerakan gemar membaca dapat terlaksana jika tidak ditunjang oleh perpustakaan yang memadai. Begitu pula sebaliknya, jika perpustakaannya sudah memadai namun partisipasi aktif maupun keberadaan dari peserta didik dan pengajar tidak ada juga membuat penyelenggaraan kegiatan tersebut terganggu. Dan yang terakhir, dengan adanya peraturan dan kebijakan dari kepala sekolah yang juga diperkuat oleh surat edaran bersama yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin bersama Walikota Banjarmasin membuat kegiatan gerakan gemar membaca yang ada di SMPN 14 Banjarmasin semakin mantap dan ada dasar kebijakannya.

 


Sedangkan di SMKN 3 Banjarmasin yang saat ini menjadi salah satu SMK-PK (Pusat Keunggulan) yang sudah menggunakan kurikulum merdeka sedang mencanangkan program pemadanan SMK-PK sinergi SMK dengan Industri. Dalam hal ini indutsri yang dilibatkan adalah KFT (Persatuan Karyawan Film dan Televisi Indonesia) bekerja sama dengan program keahlian Produksi dan Siaran Program Televisi dan program keahlian Produksi Film SMKN 3 Banjarmasin. Kebijakan atau program tersebut kemudian menjadi komponen suprasistem. Sedangkan komponen dasarnya adalah kurikulum yang diarahkan untuk melahirkan peserta didik yang memiliki kompetensi dalam bidang produksi film dan televisi dengan proses pembelajaran yang dominannya adalah praktik. Untuk mendukung upaya tersebut kemudian komponen pendukung berupa ruang praktikum dan equipment produksi berperan cukup signifikan dalam mewujudkan apa yang di cita-citakan oleh SMKN 3 Banjarmasin.

 

Demikian ulasan terkait keselarasan antara tiga komponen yaitu komponen dasar, kompenen pendukung dan komponen suprasistem yang sudah digambarkan secara jelas melalui analogi sederhana dan pengalaman nyata yang terjadi di SMPN 14 Banjarmasin dan SMKN 3 Banjarmasin, serta memandang pendidikan sebagai suatu sistem merupakan pengertian bahwa pendidikan sendiri terdiri dari elemen- elemen atau unsur- unsur pendidikan yang dalam kegiatannya saling terkait secara fungsional, sehingga terjadinya satu kesatuan yang terpadu, saling berhubungan dan diharapkan dapat mencapai tujuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIOGRAFI KH. ILHAM HUMAIDI (MAJELIS AS-SHOFA)

MK. Belajar dan Pembelajaran - Program Studi Teknologi Pendidikan FKIP ULM